Surah al-Fàtiëah diturunkan di Mekah sebelum Nabi hijrah.
Dengan demikian, surah ini dikategorikan sebagai surah Makkiyyah. Surah yang menempati urutan pertama dari surah-surah Al-Qur’an dan diturunkan secara utuh ini, menurut pakar tafsir Ibnu Àsyùr, memiliki lebih dari dua puluh nama. Di antara nama yang masyhur adalah al-Fàtiëah, yang berarti pembuka, karena surah ini terletak pada permulaan mushaf dan menjadi pembuka surah-surah Al-Qur’an. Ada pula yang menyebutnya as-Sab‘ al-Mašànì, tujuh ayat yang diulang-ulang, karena Surah al-Fàtiëah dibaca berulang-ulang pada tiap rakaat salat. Surah ini juga dinamakan Ummul-Kitàb atau Ummul Qur’àn, induk Al-Qur’an, karena kandungan al-Fàtiëah merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an dan mencakup tema-tema pokok seluruh ayat Al-Qur’an.
Surah ini berbicara tentang tauhid dan keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang-orang mukmin, ancaman dan peringatan kepada orang-orang kafir dan pelaku kejahatan; ibadah, dan kisah-kisah orang yang beruntung dan yang sengsara.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Aku memulai bacaan Al-Qur’an dengan menyebut nama Allah, nama teragung bagi satu-satunya Tuhan yang patut disembah, yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan tersucikan dari segala bentuk kekurangan, Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman. Memulai setiap pekerjaan dengan menyebut nama Allah (basmalah) akan mendatangkan keberkahan, dan dengan mengingat Allah dalam setiap pekerjaan, seseorang akan memiliki kekuatan spiritual untuk melakukan yang terbaik dan menghindar dari keburukan.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk.
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
ar-raḥmānir-raḥīm
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
Dialah Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih, Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang selalu tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
māliki yaumid-dīn
Pemilik hari pembalasan.
Dialah satu-satunya Pemilik hari Pembalasan dan perhitungan atas segala perbuatan, yaitu hari kiamat. Kepemilikan-Nya pada hari itu bersifat mutlak dan tidak disekutui oleh suatu apa pun.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Atas dasar itu semua, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan beribadah dengan penuh ketulusan, kekhusyukan, dan tawakal, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan dalam segala urusan dan keadaan kami, sambil kami berusaha keras.
ۙاِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridaan-Mu.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ
وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, berupa keimanan, hidayah, dan rida-Mu. Mereka itu, seperti dijelaskan dalam Surah an-Nisà’/4: 69, adalah: 1) para nabi yang telah dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi; 2) siddìqìn, yaitu orang-orang yang selalu benar dan jujur, tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran; 3) syuhadà’, yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan, melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun, atau mereka yang disaksikan kebenaran dan kebajikannya oleh Allah, para malaikat, dan lingkungan mereka; dan 4) salihin, yaitu orang-orang saleh yang
tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha mewujudkannya. Jalan yang kami mohon itu bukan jalan mereka yang dimurkai, yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mengikuti dan mengamalkannya, bahkan menentangnya, sebab mereka enggan beriman dan mengikuti petunjuk-Mu.